Saturday, August 30, 2008

Dinner at Bumbu Desa

Dalam rangka ulang tahun seorang teman, saya dan teman-teman satu divisi makan malam di resto yang satu ini. Walaupun saya gak mendapatkan kesan yang istimewa setelah pertama kali makan di sana, tapi karena ini acara kebersamaan dan “hura-hura” terakhir sebelum bulan puasa, jadilah dengan suka cita kami kesana.

Pengalaman saya pertama kali makan di Bumbu Desa sepertinya salah langkah alias salah milih menu. Waktu itu udang dan paru goreng adalah pilihan saya. Rasanya, mmhhh..well, yaaa..gitu deh. Jadi karena kekhilafan tersebut di atas, saya sudah bersiap siaga untuk lebih berhati-hati dalam memilih apa yang akan saya makan malam itu.

Akhirnya keputusan jatuh kepada ayam goreng bumbu kampung, gepuk dan tempe mendoan. Ditambah tumis kangkung dan sedikit lalapan juga sambel goreng pedas sekali, saya langsung berubah pikiran. Ternyata saya memang salah menu waktu itu. This is good! Great taste! Semua rasanya pas di lidah, gak ada tuh yang kurang ini atau terlalu itu. Sempat mretelin gurame goreng milik teman, dan rasanya…bweh!! Maknyooossss…! Saya pun berjanji di dalam hati, gurame goreng akan menjadi pesanan pertama saya kalau kesana lagi.

Satisfaction rate: 85%

Thursday, August 28, 2008

spiritual conversation

When I wake up in the morning, I sort of put my hand out –spiritually- and I reach for what you might call God. Sometimes I don’t feel God, and I feel lonely. I feel on my own, and I wonder where God is. And then –again, I don’t want to be melodramatic about this- I ask God: “Where have You gone?” God usually replies in a way that is hard to describe: “I haven’t gone anywhere. Where have you gone? I haven’t moved”. Then I have to check, and I realize that I have somewhere sold myself out. It usually happens incrementally, in tiny steps. You slowly move away from that person that is most like you. (Bono)

Wow!! If I may say…
(I hope he’s telling the truth)

Isn’t it great, having spiritual conversation like that?! It’s like having relationship with God. This really opens my mind.

Most of us believe that God exists. But can we feel the presence of God? Actually, we really don’t have to be a prophet to feel it. We don’t have to wait for pray time to talk to God. No need to wait ‘til something bad happened for knowing that God is saying something.

The more we think about God, the closer we get. The more we talk to God, someway and somehow, we’re going to feel that God is talking back. We just have to use our heart. They say, the whiter the heart, the wider it’ll open.

I believe that. How about you?

Tuesday, August 26, 2008

quotes: Bono


“The people who run away from stardom, like me in the eighties, must be the ones who are thinking too much about it. Who do the paparazzi chase? The ones who avoid them or punch them”.

- bono (Bono On Bono) -

Monday, August 25, 2008

Robbie Williams: Live in Berlin


After all this time I’ve been looking everywhere for this.

At last! Robbie Williams: Live in Berlin DVD!

“and I’ve been seing, somebody’s wife. She said she’d leave him for me, and I said that wasn’t wise. You can’t lie to a liar because of all lies”
-Make Me Pure-

Such a bad-ass punk! My bad-ass punk..

your choice: greed or grateful

Karena perbincangan saya dan teman tentang mantannya kemarin, tiba-tiba jadi keinget tulisan Dewi Lestari, mantan istrinya Marcel, “Setiap hubungan pasti ada masa kadaluarsanya”, katanya.

Dear God, that is so low..!

Awal baca blog-nya, saya sempat naik pitam sedikit. Setelah dipikir lagi, malah otomatis jadi ketawa. Not a happy laugh, a pity one, actually.

Here’s what I think:

Kenapa suatu relationship bisa bubar? Kenapa orang pacaran putus? Atau yang nikah malah jadi cerai? Saya cuma punya satu jawaban:

“Because human gets greedy”

Manusia biasanya lupa dengan apa yang sudah dia miliki. Yang ada di kepalanya malah apa yang belum dia punya. Kalau saja dia merasa cukup, otomatis apa yang dia punya akan dia jaga dengan baik. That is called grateful.

Jadi, gak ada tuh yang namanya expired dalam suatu hubungan.

Think about it…

Sunday, August 24, 2008

what a day!

Ini cerita hedonis versi saya….

Pagi-pagi udah dibangunin sama bunyi telpon: mau dikirimin 1 box kue jajanan pasar sama tante saya yang beli di pasar Tebet, yang rasanya saya berani kasih nilai 8 out of 10. Yippiiiiyyy… breakfast delivery!

Sambil menikmati enaknya kue-kue itu, saya menjalankan ritual hari minggu pagi seperti biasa, nyetrika (hihihi..). Yang membuat saya semangat adalah, I got to see Yankees game Live! Udah jarang banget nonton yang live, karena kegiatan dagang di Senayan tiap Minggu pagi. Bahagianya saya, karena dihibur oleh 3 home run dari Giambi, Matsui dan tentunya A-Rod. Walaupun terakhir saya tinggal masih di bottom 7 inning, tapi, sudah saya cek tentunya, mereka menang 5-3 dari Orioles.

Mumpung dapet undangan nonton premiere Death Race gratis dari Cipto yang baik dan budiman itu, gak akan saya lewatkan begitu saja. So, jam 08.30 saya cabut ke Plaza Senayan. Nonton bareng deh sama Cipto, Novi dan Agnes. Lumayan, curi start, mumpung belum rilis resmi di sini.

Dari PS saya langsung cabut ke Senayan City. Janjian sama Atiek dan Maya mau karaokean di Nav Kelapa Gading. Walaupun ada kejadian yang lumayan traumatis, yaitu ketika cari parkir. Instead of turun ke basement, si Maya malah nyasar yang ke atas. Oh dear God, mana tinggi banget, mobilnya terkenal agak berat kalo nanjak.

Oh well…

Setelah makan dan nemenin Maya belanja, yang mana lama ya.. sampai saya harus mengeluarkan buku untuk dibaca dan Atiek sampai push up di sebelah saya (don’t even ask), juga kemudian beli Blizzard Green Tea Cashew Chunk di Dairy Queen (yummy), cabut deh ke Gading.

Sampai di Nav, peserta bertambah satu, Donnie. Yang biasanya cuma karaoke 2 jam, kali ini setelah lirik-lirikan satu sama lain, akhirnya diambil keputusan, 3 jam aja gitu! Ada satu lagi kejadian traumatis di kala karaoke. Ketika With Or Without You-nya U2 diputar, muncullah video U2 in concert. Terlihat Bono menarik seorang penonton wanita, diajak bobo’ di panggung, dipeluk. Itu aja udah bikin kami para wanita jadi histeria. Pake dicium pula’! On the lips! Hellooooowwww…!! Yang ada kami makin gak bisa nyanyi. We screamed so hard, just like in the concert itself. Gak relaaaaaaaaaa!!! Abis itu, udah gak punya power deh buat nerusin nyanyi. (status YM saya hari ini: BONO!!! What have you done to us women?!! It’s very traumatizing, you know!!)

…. 17.30

Saya langsung cabut ke Gading Mal, janjian sama my beloved hubby. Sambil muter-muter Gading, udah lama banget gak kesana. Beli dvd Someone Like You (love love for Jackman). Beli Pietro’s Gelato yang cuma 6000 rupiah per scoop. Jam 19.00 baru nongol deh tuh si gendud (:p)

With Lasagna, French Fries and Green Tea, dinner di La Porchetta makin menyenangkan dengan ditemani re-run Yankees game yang tadi pagi gak saya tuntaskan.

21.30… Udah mengarah keluar, suami saya memutuskan kalau dia mau Dairy Queen yang Blizzard! Oh Dear God! Karena buy 2 get 3, jadi mau gak mau, saya makan lagi tuh Green Tea with Cashew Chunk.

What a tiring day. Full of fun also!

Death Race


Jensen Ames adalah mantan napi yang kembali ke penjara karena dituduh membunuh istrinya. Oleh Hennessey, sipir penjara, Jensen dimanfaatkan untuk menggantikan posisi Frankenstein, sang legend, di arena Death Race.

Race! To win or to die!

Tanpa niat sebenarnya saya nonton film ini. Namun ternyata, hasilnya sangat memuaskan. Film dengan cerita yang tidak terkesan murah dan pastinya dipenuhi adegan kebut-kebutan plus bunuh-bunuhan. Remind us of Mad Max? I don’t, I don’t even watched Mad Max, it’s too dusty.

Sebagai film yang diadaptasi dari game, Death Race sama sekali gak terkesan maksa’. Memang keliatan standar sih, in every race car movie, there must be hot babes and muscle guys. Filmnya juga agak gampang ketebak. Tapi yang dituju memang pure actionnya. I almost jumped off my seat, man!

Bagi yang biasa liat Jason Statham gedebak gedebuk berantem, gak usah kuatir, teteup kok di film ini tersedia adegan-adegan tersebut, yang mana lumayan keren juga.

This is one of the most recommended action movies this year.

Satisfaction rate: 75%

Saturday, August 23, 2008

J.CO: they're selling boxes everyone!

Kemarin saya dapat amanah beli J.CO di City Loft Sudirman oleh seorang teman. Dia cuma pesan 2 pieces, Glaze dan Choco Loco.

It went like this:

Saya : “Mas, mau beli 2 dong, Glaze sama Choco Loco”.
Mas-mas : (nengok-nengok ke arah mba’-mba’ kasir)
Mba’ Kasir : (dari kajauhan) “Gak ada, abis”
Mas-mas : “Box yang 2 abis mba’”
Saya : (tercengang) “Hah?? Maksudnya?”
Mas-mas : “Box yang isi 2 abis mba’”
Saya : “Ya, trus?! Masa’ saya gak jadi beli karena box-nya abis?!”
Mas & mba’ : (diam, without saying sorry or whatever)
Saya : “Gimana mas?! Saya cuma mau beli 2. Masa’ saya harus nambah cuma karena gak ada box?!” (udah mulai kesal)
Mas & mba’ : (masih tetep diam)
Teman saya : “Ya udah deh, saya beli satu!” (agak sewot)

I mean, what was that?!! So damn ridiculous! Pemerasan dan pemaksaan secara halus. They think they’re clever with that??

Pernah juga saya dan seorang teman ke J.CO, di City Loft juga. Kami mau beli 6 pieces, 4 untuk teman saya, 2 untuk saya. Otomatis saya minta agar 2 donat dipisah di box atau plastic sendiri. Tapi terus? Gak boleh, man! Saya gak dikasih box! Bahkan small paper bag seperti Dunkin Donuts aja mereka gak provide.

(O ya, intermezzo sedikit. Dunkin Donuts, by the way, ide ikut-ikutan ganti box model J.CO? Not a very good one. Gak kreatif. Stick with your own identity dong guys, please… Jangan sampai deh ikut-ikutan punya rule beli donat based on box. Gak banget.)

Now, back to the topic.

I don’t like that. Kenapa mereka harus berpatokan dengan box? Am I buying the box or the donuts?! Are they selling the box or the donuts?! That is awfully ridiculous!

Bagi saya, J.CO adalah best taste donut so far. Mampu mengalahkan Dunkin dan bahkan Krispy Kreme yang di negara lain cukup merajai the donut market.

In the other hand though, saya adalah tipe customer yang suka dengan flexibilitas pedagang. Yang mampu customizing keinginan customer. Jadi, aturan-aturan konyol J.CO tentang box bisa dengan mudah membuat saya ambil keputusan, I’m pretty sure I’m not gonna buy J.CO again.

Satisfaction rate: 10% (for services and stupid rule)

Hellboy 2: The Golden Army


To tell you the truth, agak males rasanya nonton Hellboy 2 di dvd bootleg yang text-nya belum ori. Cita-cita saya nonton Hellboy 2 adalah di Studio XXI EX, which by the way, owns the best sound so far. But, until the very second, all the moviegoers I know have no clue at all when this movie is going to be released here, in Jakarta.

So, I watched the dvd last night.

Kali ini Red berhadapan dengan Prince Nuada yang berusaha merebut kepingan-kepingan mahkota ayahnya demi membangkitkan kembali the legendary Golden Army, yang kemudian akan digunakan Nuada untuk membasmi manusia.

Sebenarnya saya agak telat nonton the first Hellboy movie. So, saya nonton di dvd. Sama sekali gak nyangka, ternyata lumayan menghibur. Harus saya akui, daya tarik utama memang sang Hellboy, diperankan dengan baik oleh Ron Perlman, yang kalau kata teman saya, hanya cocok main di Hellboy, karena muka aslinya gak keliatan (hihihi…). Saya juga selalu menganggap Hellboy is one cool hero, although he came from a very wrong place.

Hellboy 2: The Golden Army. Well, masih saya anggap cukup menghibur. Dari jalan cerita, sama sekali tidak mengecewakan. Walaupun ada beberapa adegan yang agak maksa’, seperti berbagai angry monster yang do shoot sebagai background di kala Manning sedang curhat ke Abe. Maksudnya sih lucu-lucuan, but it’s so.. old fashion (??).

Juga ada bagian yang agak cheesy, di mana Red sedang berhadapan dengan Forest God sambil menggendong bayi with his tail (!), which is very cool by the way. Well, the cheesy part-nya adalah ketika Red di shoot sedang berdiri dengan gagahnya di atas huruf ‘H’ raksasa. Hahaha!! Sampai ketawa geli saya.

Yang gak saya sangka sama sekali adalah those touchy moments between Red dan Liz. Saya beneran bisa merasakan cinta di antara mereka. I just have to give credit for this one.

Anyway, Hellboy 2: The Golden Army is not a disappointment for me. Semua saya nilai cukup. The opening scene cukup mengundang. The fight scene juga cukup dalam hal kualitas dan kuantitas. The jokes, the special effect, the ending, bahkan The Golden Army juga saya anggap cukup.

Walaupun gak se-cool Hellboy pertama, tapi Hellboy kali ini, again, cukup saya rekomendasikan sebagai tontonan keluarga. Kemungkinan besar juga, for kids, Hellboy bisa jadi salah satu superhero favorit mereka. Walaupun sebenarnya agak risky juga sih, menjadikan “anak neraka” sebagai panutan (:p).

Satisfaction rate: 78%

Tuesday, August 19, 2008

coming soon: The Soloist


(release: November 21, 2008)

Peep these first shots of Robert Downey Jr. looking like a bloody mess on the set of The Soloist.

The Soloist is a drama about a schizophrenic, homeless musician from Skid Row, Los Angeles who has dreams of playing at Walt Disney Concert Hall.

The film, directed by Joe Wright (Atonement, Pride & Prejudice), is set for release later this year. Jamie Foxx and Catherine Keener also star.

There's a big possibility he will be nominated for Oscar next year. Well, it's about damn time, people!! After that Chaplin, which like centuries ago, I always have faith on this, that he'll be back for the Oscar. All he needs is a comeback chance.

karma killer

a remarkably beautiful hate song...






(talking: You've been naughty...very very naughty)

Are you cut up
Or do you easily forget
Are you still around
Why haven't you managed to die yet
You could prop up the bar in hell

How do you sleep
You've never loved
Why was I never good enough
You thought you'd leave me falling forever
Karma killer

Needless to say
I guess you know I hate you
You're so full of sin
Even the devil rates you
I hope you choke
On your Bacardi and Coke

How do you breathe
Why don't you cry
How come you never ask me why
You're not a man stand and deliver
Karma killer

Look what you didn't take from me

I don't need to take revenge
Cos they're coming to get you
There's no hope for you my friend
Cos they're coming to get you

Karma killer



-Robbie Williams-

Saturday, August 16, 2008

tujuh belasan (kedua)

Bagi saya, yang namanya upacara amat sangat gak efektif untuk bikin seorang anak di generasi saat ini menjadi anak yang nasionalis, cinta tanah air. Yang ada malah bisa bikin seorang anak jadi sebel, karena harus tetap jalan ke sekolah di hari libur. Pakai diabsen pula! Kenapa gak dicoba pakai cara lain?

Memperindah museum. Itu bagi saya, adalah cara yang paling efektif. Museum-museum di Indonesia kan banyak, coba lebih dirawat lagi, dibuat menarik. Dekorasi kek, pakai efek sound atau apalah. Belum pernah sepertinya saya dengar ada iklan di tv atau radio tentang apa sebenarnya isinya Monas, atau Museum Gajah, Museum Perangko, apalah… diperbanyak mengadakan event-event di museum-museum yang kurang terdengar. Hell, I’ll do it, if I have the chance! Jangan mall aja yang diurusin. Susah sih memang, kalau UUD (ujung-ujungnya duit). Cuma kalau memang pintar, acara di mana aja juga bisa dijadikan duit.

Satu lagi, sebagai seorang yang mencintai film. Kaum perfilman Indonesia juga sangat bisa berpartisipasi pastinya. Melihat besarnya minat masyarakat, khususnya kaum muda, kepada banyak film yang marak saat ini, kenapa gak diperbanyak bikin film dengan tema kepahlawanan. Jangan yang horror melulu, atau cinta-cintaan, atau malah sinetron dibawa ke bioskop. Kita pasti taulah, film-film superhero Hollywood laku berat seberat-beratnya. Gak perlu special effect yang super canggih, bahkan gak perlu special effect sama sekali juga bisa. Munculin aja para pahlawan kita yang bukan rekaan layaknya para pahlawan komik itu. Dengan kemasan yang menarik dan kreatif, saya rasa orang pasti akan berbondong. Bukan cuma hiburan yang didapat, bakalan banyak pengetahuan dan rasa nasionalis yang muncul. Well, everyone needs a hero. Why it should be a foreigner??

Well, probably most people would think, it’s easy for me to say. Well, it’s not that hard. Especially for the government or para investor lokal dan multinasional yang filthy-rich itu. If it’s money? Indonesia itu kaya. Jadi apa susahnya?

tujuh belasan

17 Agustus tahun 45, itulah hari kemerdekaan kita….

Lagu yang selalu dinyanyikan ketika upacara 17 Agustus di jaman sekolah dulu. Gak tau deh, mungkin sampai sekarang masih juga begitu.

Hari kemerdekaan Indonesia. Apakah benar-benar bisa dihayati oleh generasi saat ini? Apakah banyak orang peduli sama perjuangan para pahlawan dan rakyat jaman dulu melawan penjajah? Berani taruhan, pasti lebih banyak yang geleng kepala dibanding yang mengangguk. Atau, mengangguk, karena takut dicemooh, dianggap gak nasionalis, gak cinta tanah air. Saya juga berani yakin, banyak pemuda sekarang ini yang gak ngerti bagaimana rasanya merdeka dari penjajah. Wong, gak ngalamin kok, gimana mau ngerasa senang??

Mungkin terkesan skeptis. Tapi itulah memang yang kebanyakan terjadi sekarang. Anak-anak diperintahkan untuk ikut upacara 17 Agustus di sekolah. Dipaksa bangun pagi di hari libur, yang seharusnya nyantai, untuk berdiri berpanas-panasan demi mengikuti serangkaian acara pembacaan ini itu, bahkan harus mendengarkan ‘ceramah’ dari instruktur upacara segala. Wah.. itu adalah masa-masa penderitaan bagi saya waktu itu.

Saya juga berani taruhan, mahasiswa yang ribut-ribut sok jagoan di saat demonstrasi di gedung DPR, di Thamrin di mana aja deh, yang akhirnya malah jadi rusuh gak karuan, berantem sana-sini, protes, protes, protes, ada gak mereka ikut upacara 17 Agustus-an di lingkungan setempat? Atau di Istana Merdeka? Atau kalau perlu nebeng di sekolahan terdekat??? Kalau memang benar-benar cinta tanah air.. saya rasa mau aja meraka bela-belain.

Tapi kenyataannya?? Anak-anak sekolah yang jadi korban. Mereka yang ‘dipaksa’ buat upacara. Sedangkan mahasiswa malah dibebaskan. Mungkin ada beberapa kampus yang mengadakan upacara 17 Agustus-an. Tapi apa banyak yang ikut? I definitely doubt it! Apa karena mereka merasa udah dewasa? Memang ada hubungan dewasa dengan upacara kenegaraan? Atau mungkin merasa mahasiswa adalah kaum intelek? Really? Please, pikir lagi deh…

Begitu juga kalangan masyarakat. Saya rasa hanya segelintir aja yang peduli sama arti 17 Agustus sebenarnya. Pasti jauh lebih banyak yang sibuk ngurusin dan ikutan berbagai macam perlombaan di sekitar rumah. Boro-boro mau ikut upacara, nonton upacara pengibaran bendera di tv aja malesnya minta ampun.

Saya sendiri udah lama gak jadi seorang yang nasionalis. Dulu sempat saya penuh amarah ketika dengar Indonesia dicela oleh bangsa lain, sedih karena Indonesia kalah di pertandingan tingkat dunia, peduli sama PEMILU, banyak deh. Now? Nope. Semua udah biasa aja. Cinta tanah air? Gak juga, biasa aja. Kenapa ya? Saya juga gak tau. Mungkin dulu saya begitu cuma karena ikut-ikutan. Setelah saya telaah lagi, ternyata saya gak pernah yang namanya benar-benar mencintai tanah air. Ditambah kondisi sekarang yang makin parah. Bagi saya, selama sistem dan mental pemimpinnya bobrok, saya pesimis Indonesia akan bangkit.

So?

numb


Numb, almost lost touch with reality, not psychotic, only depersonalized.

Itu yang dialami oleh Hudson Milbanks, seorang sociophobic kleptomaniac screenwriter, yang untuk keluar rumah saja harus dibujuk oleh temannya. Hudson menganggap perbuatan bodohnya menghisap marijuana tanpa henti adalah penyebab ‘keanehan’nya itu, which is not actually. Cerita kemudian terfokus ke bagaimana perjuangan Hudson mencaritahu apa penyebabnya dan bagaimana penyembuhannya.

Saya sama sekali belum pernah dengar tantang film ini. Kebetulan aja nemu dvd butleg-nya di lapak langganan. Aware yang main adalah Matthew Perry, one of the funniest actors I’ve ever seen, langsung saya beli. Ternyata, film ini sangat di luar dugaan!

Alur demi alur sangat menyenangkan untuk diikuti. Walaupun agak slow paced, tapi Matthew Perry benar-benar mampu membuat karakter Hudson yang membosankan menjadi menarik. Tidak ada satu moment pun yang boring, atau berlebihan. Semuanya pas. Bumbu-bumbu komedi juga saya anggap berhasil diramu dengan sempurna. Tidak akan membuat kita terbahak-bahak ala friends, cukup tertawa, tapi rasanya pas. Bagaimana, Hudson bolak-balik ke beberapa psikiater, dari yang jebolan Harvard sampai professor sana-sini yang ended up jadi psycho karena jatuh cinta sama Hudson. Bahkan demi mencaritahu penyebabnya, Hudson rela menjadi kelinci percobaan di suatu Universitas, yang kemudian juga tentunya, tidak menjawab pertanyaannya.

Bumbu romantis juga diramu dengan baik. Sarah (Lynn Collins) yang jatuh cinta kepada Hudson yang ‘unusual’ mau menerima Hudson apa adanya. Bahkan sampai bela-belain menemani Hudson protes ke psikiater.

There’s no doubt, Matthew Perry benar-benar bikin film ini sangat layak untuk ditonton. Ceritanya sederhana, tapi jadi istimewa karena ada Perry di sini. Sudah sering dengar sih, Perry banyak dipuji untuk aktingnya di beberapa film. Tapi saya sendiri belum nonton film-film tersebut. Bagi saya, Chandler adalah pria paling lucu di Friends. Menurut saya juga, jebolan Friends belum mampu melepaskan 'karakter Friends' mereka ketika bermain di film-film lain. Tapi tidak dengan Matthew Perry. He’s very good in this movie.

Gak ngerti kenapa saya compare film ini dengan Juno, but I like Numb way more than Juno.

Numb, a well recommended movie this year.

Satisfaction rate: 90%

Thursday, August 7, 2008

quotes: U2


"What you don't have you don't need it now,
what you don't know you can feel it somehow"


- U2 (Beautiful Day) -

Wednesday, August 6, 2008

...and the answer is..TRUE!

Tadi malam baru tayang premier di Star World…

THE MOMENT OF TRUTH. Kuis yang bikin saya cukup penasaran nungguinnya. Awalnya saya tertipu. Di keterangan jadwal Indovision tertera kalau host-nya adalah Mark Wahlberg. Saya udah bertanya-tanya aja, beneran gak sih? Dan ternyata, Mark L. Walberg! Dengan ‘L’ dan tanpa ‘H’. Duh, ampun deh..!!

Sebelum acara, peserta dites terlebih dahulu dengan Polygraph atau alat tes pendeteksi kebohongan. Barulah ketika acara, peserta dibombardir dengan pertanyaan yang sama ketika tes, yang kemudian akan dikonfirmasi kebenarannya berdasarkan hasil tes tadi.

Simple answers required, only YES or NO. But, turns out to be, not as simple as that.

Ternyata, peserta didampingi oleh orang-orang tedekatnya. Keluarga, teman, bos, or whoever. Itu yang jadi bikin mikir dua kali buat jawab jujur. Pertanyaannya juga menurut saya hebat-hebat, simple tapi vital, resiko tinggi! Mereka diberi kesempatan untuk menolak mendengarkan jawabannya. Tapi hanya satu kali kesempatan, yang mana pertanyaan selanjutnya bisa jadi lebih parah. Pokoknya serba salah deh, jujur salah gak jujur apalagi..!

I enjoyed the quiz very much last night. So dramatic! Ngeliat gimana expresi wajah istri or pacar or sahabat si peserta. Walaupun gak didukung sama skill si pembawa acara, yang kurang menarik perhatian, too stiff!! Agak boring. Kaya’nya mendingan Mark Wahlberg beneran deh..

Lucunya, saya bisa menarik satu pelajaran, yang standar abis tapi cukup menggugah, dari acara ini. Jujur, dan gak perlu ada rahasia ke orang-orang yang dekat dengan kita. Hmmm.. that’s tough! Jadi bertanya-tanya sendiri dalam hati, kalau saya, berani gak ya ikutan kuiz kaya’ begitu? Duit sih duit, tapi resiko cukup mengerikan, man! Selain harus berani mengemban rasa malu, juga ribut sama keluarga, sahabat, pacar, istri or suami. Parah-parahnya, putus deh tali silaturahmi.

But sometimes, people would do anything for money. Bahkan harga diri juga bakal di obral abis-abisan sepertinya… hhh, people nowadays
.

Tuesday, August 5, 2008

Red Cliff


Gak ada rencana khusus nonton film ini. Hanya sedikit kepikiran aja kata-kata adik saya, “Wah! Lo mending nonton Red Cliff deh! Bakal lebih puas daripada The Dark Knight!” atau “Duh! Nonton Red Cliff tuh jangan di dvd. Gak nampol!”. Akhirnya dadakan saya nonton tadi malam sama Novi, temen milis tercinta, yang bisa dengan mudah di booking buat beli-beli tiket juga, hihihi…

Kali ini, apakah worth filmnya?

A thousand times YES!!

Film yang dibuat dengan setting zaman Three Kingdom di awal abad ke-3 ini berkisah tentang wilayah Wu yang di serang oleh Perdana Menteri Cao Cao (Fengyi Zhang). Sun Quan (Vicky Zhou) sebagai Raja Wu meminta bantuan dari Liu Bei (Yong You) yang kemudian dibantu oleh Zhuge Liang (Takeshi Kaneshiro) sebagai ahli strategi, Zhou Yu (Tony Leung) sebagai panglima perang, dan beberapa jendral hebat lainnya.

Intinya sih ini benar-benar film perang. Di awal film, penonton sudah disuguhi oleh pertempuran dengan strategi pemantulan cahaya. A very good start if I may say. Strategi kura-kura yang muncul di akhir juga bisa bikin saya berdecak kagum –walaupun belom sehebat kekaguman saya sama 300. Ribuan prajurit dengan sigap membentuk formasi motif rumah kura-kura. Bahkan agak sedikit menakutkan juga di saat para lawan ditarik dari bawah shields. Wow! Awesome!!

Plot di tengah film, di mana diceritakan Zhuge Liang berusaha mengajak Sun Quan dan Zhou Yu untuk bergabung, seperti agak sedikit kepanjangan dan bertele-tele. But, I don’t mind, karena berhasil diramu dengan bumbu-bumbu komedi, which made me laugh successfully.

Banyak orang yang gak puas dan agak upset sama akhirannya. Tapi bagi saya, justru menyenangkan. Karena gak ada basa-basi yang sok-sok menggantungkan ending dengan ngasih clue ke penonton akan ada sambungan. Yang jelas aja kaya’ Red Cliff ini, “To Be Continued”!! That’s more like it!

How about the cast? Well, I’m not much of a Mandarin movies fan, jadi gak terlalu ngerti kiprah aktor-aktor itu sebelumnya. Tapi overall, bagi saya pria-pria itu semuanya charming. Terlebih lagi Tony Leung!! (hhh…my dear God!). Gak ngerti deh, sepertinya karena pengaruh kostum ya, tapi bahkan sampai si Cao Cao aja juga charming!

Well, Red Cliff is certainly can made my day, since it has been ruined by that Mummy movie.

Satisfaction rate: 80%

Saturday, August 2, 2008

The Mummy: Tomb of The Dragon Emperor


Rilis per 1 Agustus 2008, The Mummy: Tomb of The Dragon Emperor rupanya cukup dinanti kehadirannya oleh moviegoers. Pulang kantor langsung kebut ke Djakarta Theatre –yang sekarang cuma punya dua studio (kenapa juga, saya gak ngerti). Masih pe-de aja bakal kedapetan tiket yang jam 19.45, secara kedua studio sama-sama muter The Mummy. Ternyata eh, ternyata… tiket?? Ludesss..dess..dess.. buat yang jam tersebut di atas. Terpaksalah, jam 21.30 jadi pilihan. Nunggu deh, dari jam 17.30, it’s practically four hours!

Whoops.. apakah filmnya worth dengan perjuangan saya itu?

Kali ini The O’Connell family harus berhadapan dengan Kaisar Cina yang selama ini ‘membeku’ dan kemudian ‘hidup’ kembali. But no.. I’m not gonna tell the story about this film. It’s so obvious that this is about mummies. Saya sama sekali gak keberatan dengan jalan ceritanya. Well, walaupun ada beberapa yang bikin saya jadi, “yah, kok begini?” atau “mmm..maksudnya apa ya, begitu?” atau “kok??”

Yeah, well..

Kalau dari segi cerita, memang terlihat agak sedikit maksa’. Tapi yang paling parah adalah kemasannya. Adegan-adegan yang harusnya bikin tegang, agak terkesan boring bagi saya. Kejar-kejaran di jalanan dengan mobil dan kereta kuda, hmmm… not so good. Sewaktu mereka berusaha mencegah kaisar untuk menuju kolam abadi juga…nope! Not that good. Adegan perang yang terakhir juga biasa aja. Well, semuanya standar. Gak ada yang istimewa. O ya, ide membuat anak the O’Connells jadi tiba-tiba mengalami pertumbuhan pesat, juga maksa’. I mean, in the last Mummy movie, he was like 10 or something (?). Now, he’s like 20 or 25 (??). Orang tua dan anak jadi kelihatan seperti kakak beradik aja gitu..

Bumbu-bumbu komedi -well, setidaknya meant to be one- juga sama sekali gak lucu’. Gak berhasil bikin saya ketawa, or bahkan tersenyum! Berbeda dengan film-film Mummy sebelumnya. Not even close. So..it’s garing, man!

How about the cast? Nah ini dia nih. Bagi saya miscast adalah salah satu penyebab utama bobroknya film ini. Brendan Fraser, no questions asked. Kalo gak ada dia ya..gak ada ‘The Mummy’. Tapi pergantian dari Rachel Weisz ke Maria Bello?? It’s a huge, nope..enormous mistake!! Chemistry Fraser dengan Bello? Zero!! Begitu juga dengan Luke Ford as Alex O’Connell, gak pas aja kaya’nya. Kok saya ngerasa kalo dia kurang bisa acting ya? Yang chemistry-nya terasa cuma antara Fraser dengan John Hannah sebagai Jonathan. Mungkin karena udah langganan di The Mummy.

Satu-satunya yang bikin saya berminat nonton film ini, selain karena suami saya adalah penggemar ‘serial’ The Mummy, juga karena ada Jet Li dan Michelle Yeoh, two of my favorite Mandarin actors. Akting mereka? Ya, begitulah.. lumayan. Anthony Wong –wow! saya suka banget dia di Initial D- juga not bad as a villain, charming, as usual. Russel Wong juga bisa jadi pemandangan indah sekilas di film ini. Ada pendatang baru yaitu Isabella Leong, not bad. Quite pretty, walaupun masih agak jauh di bawah Zang Zi Yi. Mereka semua berperan sebagai orang-orang serius di film ini, sedangkan yang bule-bule, kebagian jadi pelawaknya, yang mana, gatot booo’..gagal total!

O ya by the way, judulnya juga agak ganggu sih.. Tomb of The Dragon Emperor. Kenapa harus Dragon ya? Yang gak taunya di dalam filmnya sendiri si dragonnya cuma keluar sekali doang. Agak gak singkron nih. Yang bagus bagi saya cuma those Yeti, lumayan keren.

Ini adalah film summer kedua yang membuat saya hampir ketiduran di bioskop setelah Pirates of Caribbean: At World’s End. Rob Cohen, what have you done?? Please Hollywood, get a grip! Gak usah terlalu maksa’in deh…

Satisfaction rate: 45%